Lamine Yamal Saingi Rizky Ridho di Puskas Award 2025

Persaingan sengit antara Lamine Yamal dan pesepakbola Indonesia tengah menarik perhatian dunia di ajang Puskas Award 2025. FIFA telah mengumumkan 11 nominasi Puskas Award 2025 pada 14 November lalu, namun yang mengejutkan, statistik voting saat ini menunjukkan bahwa Rizky Ridho dari Indonesia memimpin dengan 1,3 juta suara, sementara Lamine Yamal berada di posisi kedua dengan 1,1 juta suara. Perbedaan jumlah suara antara keduanya mencapai lebih dari 46 ribu.

Menariknya, pemain Barcelona yang baru berusia 18 tahun itu masuk nominasi berkat gol spektakulernya dengan gerakan khas cut inside ke gawang Espanyol. Sementara itu, Rizky Ridho dinominasikan berkat tembakan spektakulernya dari area tengah lapangan yang melesat sempurna ke sudut gawang Arema.

Dengan persaingan yang begitu ketat, kita menyaksikan momen bersejarah di mana wakil Indonesia berpeluang mengukir sejarah di penghargaan bergengsi dunia ini. Apakah Lamine Yamal dengan popularitasnya bisa mengejar ketertinggalan, atau Rizky Ridho akan terus memimpin hingga pengumuman pemenang?

Rizky Ridho ungguli Lamine Yamal dalam voting Puskas Award

Data terbaru menunjukkan dominasi Rizky Ridho dalam voting FIFA Puskas Award 2025. Perolehan suara Ridho telah menembus 1,3 juta, sementara Lamine Yamal berada di posisi kedua dengan 1,1 juta suara. Selisih antara keduanya cukup signifikan, mencapai lebih dari 46 ribu suara.

Sejak dibukanya voting pada 13 November 2025, dukungan untuk bek Timnas Indonesia ini terus mengalir deras. Voting masih berlangsung hingga 3 Desember 2025 pukul 06.00 WIB, memberikan kesempatan bagi kedua pemain untuk terus mengumpulkan dukungan.

Meskipun unggul, persaingan masih terbilang ketat. Di bawah Ridho dan Yamal, Declan Rice dari Arsenal menempati posisi ketiga dengan lebih dari 900 ribu suara, diikuti oleh Gonzalo Montiel dan Ribeiro Costa yang tertinggal cukup jauh.

Antusiasme warganet Indonesia menjadi faktor utama di balik lonjakan suara Ridho. Banyak netizen membagikan strategi voting di media sosial—memberikan Ridho sebagai pilihan pertama dan mengarahkan pilihan kedua serta ketiga kepada pemain yang kurang populer.

Penting diingat bahwa mekanisme penilaian Puskas Award tidak hanya berdasarkan voting publik. Penghargaan ini ditentukan melalui kombinasi 50 persen suara publik dan 50 persen penilaian panel ahli FIFA, sehingga kualitas gol tetap menjadi faktor penentu.

Apa yang membuat gol Rizky Ridho dan Lamine Yamal masuk nominasi?

Gol spektakuler kedua pesepakbola ini memiliki karakteristik berbeda namun sama-sama memenuhi kriteria FIFA untuk Puskas Award.

Tendangan Rizky Ridho tercipta pada 9 Maret 2025 dalam laga Persija Jakarta melawan Arema FC. Awalnya, Ridho menggagalkan serangan Arema di kotak penalti Persija. Kemudian, ia mengoper bola ke Ryo Matsumura yang langsung mengembalikannya. Tanpa mengontrol bola, Ridho melepaskan tembakan jarak jauh dari tengah lapangan (sekitar 48 meter). Kiper Arema, Lucas Frigeri yang posisinya terlalu maju, hanya bisa terpaku saat bola melengkung indah dan bersarang di pojok atas gawang. Meski Persija akhirnya kalah 1-3, gol tersebut tetap menjadi sorotan dunia.

Sementara itu, gol Lamine Yamal yang berusia 18 tahun tercipta pada 15 Mei 2025 dalam pertandingan Barcelona melawan Espanyol. Pada menit ke-53, setelah menerima umpan dari Olmo, Yamal melakukan gerakan khasnya—cut inside dari sisi kanan dan melepaskan tembakan melengkung yang bersarang di pojok atas gawang. Joan Garcia yang kini menjadi rekan setimnya tidak bisa berbuat banyak. Gol tersebut membantu Barcelona menang 2-0 dan mengamankan gelar Liga ke-28 mereka.

Menurut FIFA, kriteria gol yang masuk nominasi Puskas Award harus indah secara estetika, tidak dipengaruhi kejuaraan atau kewarganegaraan, bukan karena keberuntungan atau kesalahan, serta mendukung fair play.

Bagaimana reaksi publik dan peluang Indonesia mencetak sejarah?

Masuknya Rizky Ridho ke daftar nominasi Puskas Award memicu beragam reaksi dari berbagai pihak. Ridho sendiri menyambut pencapaian ini dengan penuh rasa syukur. “Alhamdulillah, saya bersyukur bisa masuk nominasi Puskás Award. Jujur, saya tidak pernah membayangkan gol itu akan sejauh ini,” ungkapnya.

Sementara itu, reaksi warga ASEAN terbagi. Beberapa netizen Vietnam seperti Dong Dinh justru mencibir, sementara Sean Nguyễn mengakui kualitas gol tersebut. Netizen Malaysia, Ryan Cheong, mengingatkan bahwa negaranya sudah pernah memenangkan penghargaan ini pada 2016.

Namun, media Inggris seperti Planet Football mempertanyakan kelayakan gol Ridho. “Sebut saja kami basi, tapi kami jadi agak kebal terhadap tendangan jarak jauh yang mengecoh kiper yang terlantar. Membosankan,” tulis mereka.

Meskipun begitu, Ridho mencatatkan sejarah sebagai pemain Indonesia pertama yang masuk nominasi Puskas Award. Ia menjadi wakil kedua dari Asia Tenggara setelah Mohd Faiz Subri dari Malaysia yang memenangkan penghargaan tersebut pada 2016.

Di tengah persaingan ketat dengan Lamine Yamal, peluang Ridho mencetak sejarah terbuka lebar. Hingga 18 November, Ridho masih bertahan di tiga besar kandidat peraih gelar tersebut, membuka peluang bagi Indonesia untuk pertama kalinya mengukir sejarah di penghargaan bergengsi ini.

Kesimpulan

Persaingan ketat antara Lamine Yamal dan Rizky Ridho di Puskas Award 2025 jelas menandakan momen bersejarah bagi sepakbola Indonesia. Selisih 46 ribu suara memang signifikan, namun perjalanan voting masih berlangsung hingga 3 Desember 2025. Oleh karena itu, peluang keduanya untuk memenangkan penghargaan bergengsi ini tetap terbuka lebar.

Meskipun begitu, keberhasilan Rizky Ridho menembus nominasi dan memimpin perolehan suara publik sudah menjadi prestasi luar biasa. Sebelumnya, belum pernah ada pemain Indonesia yang masuk nominasi Puskas Award. Berkat tendangan spektakulernya dari jarak 48 meter, nama Indonesia kini diperhitungkan di kancah sepakbola dunia.

Perlu diingat bahwa keputusan akhir tidak sepenuhnya bergantung pada voting publik. Panel ahli FIFA akan memberikan penilaian yang berbobot sama dengan suara publik. Dengan demikian, kualitas estetika gol tetap menjadi faktor penentu dalam pemilihan pemenang.

Terlepas dari hasil akhir nantinya, fenomena ini telah menunjukkan besarnya potensi dan dukungan untuk sepakbola Indonesia. Antusiasme warganet Indonesia yang menggerakkan kampanye voting secara masif membuktikan kekuatan kolektif penggemar sepakbola tanah air.

Akhirnya, persaingan Rizky Ridho melawan bintang Barcelona berusia 18 tahun ini menggambarkan bahwa sepakbola benar-benar menjadi bahasa universal yang melampaui batasan geografis.

Sejauh apa pun jaraknya, sepakbola mampu menciptakan momen-momen yang mempersatukan penggemar dari berbagai penjuru dunia. Sekarang, kita hanya bisa menunggu apakah Indonesia akan mengikuti jejak Malaysia sebagai negara ASEAN kedua yang memenangkan penghargaan bergengsi ini.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top